Cerita Minoritas Muslim di India yang Sulitnya Mencari Tempat Untuk Salat Jumat

New Delhi - Lebih dari dua bulan sampai saat ini, kelompok Hindu sayap kanan memprotes salat Jumat umat Muslim di tempat umum di Gurugram - kurang dari sejam dari ibu kota New Delhi - memicu kemarahan dan kecemasan minoritas di negara tersebut.

Jumat lalu, para demonstran memarkir hampir 12 truk di salah satu lokasi salat Jumat di Sektor 37 Gurugram, yang lebih dikenal dengan nama lamanya Gurgaon, di negara bagian Haryana, yang dikuasai partai Perdana Menteri Narendra Modi, Bharatiya Janata (BJP).

Ketika sekelompok Muslim datang untuk melaksanakan salat Jumat, kerumunan pria Hindu mulai meneriakkan slogan-slogan agama, termasuk Puji Dewa Rama, mengolok-olok para jemaah, dan mengatakan salat tidak diizinkan, yang berlangsung di hadapan pengamanan polisi yang ketat.

Gurugram, dihuni 1,1 juta penduduk, berdasarkan sensus 2011, merupakan hub finansial dan teknologi di mana terdapat sejumlah kantor perusahaan multinasional. Kurang dari 5 persen dari penduduknya beragama Islam.

Dihadapkan dengan kelangkaan jumlah masjid, Muslim Gugugram melaksanakan salat Jumat di taman dan tanah kosong selama bertahun-tahun dengan izin dari pihak berwenang. Sekitar 100 lokasi disiapkan untuk salat Jumat, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (7/12).

Tapi protes terus menerus dari kelompok Hindu mengganggu pelaksanaan salat dalam beberapa bulan terakhir, memicu pejabat kota menarik izin dari sebagian besar lokasi salat Jumat.

Tak ada salat sini

Dalam sebuah video clip yang viral Jumat lalu, seorang pria Hindu bernama Dinesh Bharti terlihat mengolok-olok seorang imam Muslim, diidentifikasi sebagai Shehzad Khan, mengatakan dalam bahasa Hindi:

"Namaz nahi hogi yahan (Tidak akan ada salat apapun di sini)." Dia ditarik polisi dan dilaporkan ditangkap kemudian atas penghasutan dan mengganggu ketentraman masyarakat.

Laporan media India mengatakan, Bharti ditangkap sebelumnya atas dakwaan yang sama.

Sejak pertengahan September, kelompok Hindu sayap kanan di bawah bendera Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti (Komite Perjuangan Hindu Bersama) telah mengganggu salat Jumat di seluruh Gurugram, pernah dengan menebarkan kotoran sapi di seluruh lokasi dan juga menggelar sembahyang Hindu.

"Kami tidak menentang namaz (salat) tapi kami menentang namaz dilaksanakan di tempat-tempat publik," kata juru bicara kelompok tersebut, Rajiv Mittal, kepada Al Jazeera.

"Kami tidak mempermasalahkan Muslim melaksanakan salat di masjid-masjid, madrasah, atau di tanah atau bangunan wakaf. Kami juga tidak mempermasalahkan namaz dilaksanakan di properti pribadi siapapun."

Mittal mengatakan organisasinya tidak akan mengizinkan salat apapun di tempat-tempat publik di Gurgaon pada Jumat depan.

"Kami telah memberikan last chance kepada pemerintah bahwa kami tidak akan mengizinkan namaz (di tempat terbuka) di manapun (di Gurugram) pada 10 Desember," ujarnya.

Di sisi existed, kelompok Muslim mengatakan mereka menggelar salat di tempat publik selama bertahun-tahun karena jumlah mosque tidak cukup di kota itu.

"Kami salat di ruang terbuka karena terpaksa, bukan karena pilihan," kata salah satu pendiri Dewan Muslim Gurgaon, Altaf Ahmad, kepada Al Jazeera.

"Hanya ada 13 masjid berfungsi di seluruh wilayah Gurgaon," lanjutnya.

Ahmad mengatakan, pernah ada sedikitnya 108 ruang terbuka publik di kota itu di mana umat Muslim melaksanakan salat sampai tiga tahun lalu.

Dia mengatakan gangguan pertama terjadi pada Mei 2018, menyebabkan berkurangnya tempat salat Jumat menjadi 37.

"Jumlah itu semakin menyusut menjadi sekitar 20 bulan lalu," katanya.

Presiden Jamiat Ulema E-Hind, Mufti Mohammad Saleem, organisasi cendekiawan Islam ternama, mengatakan kepada Al Jazeera, "salat tidak dilakukan bakan di 20 lokasi yang disiapkan karena anggota kelompok sayap kanan datang ke sana, menutup tempat itu atau mengganggunya."

"Jumat lalu, namaz dilaksanakan hanya di 13 atau 14 tempat," ujarnya.

"Kami tidak yakin apakah mereka akan mengizinkan namaz di tempat publik manapun pada Jumat depan."

Lahan untuk masjid


Pada Oktober, Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah menudung oposisi utama, Partai Kongres mempraktekkan "politik peredaan" dengan mengizinkan umat Islam untuk salat di jalan.

"Sebelumnya, ketika saya datang ke sini selama pemerintahan Kongres, beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa pemerintah telah mengizinkan jalan raya untuk salat Jumat.

Kongres hanya melakukan peredaan dan tidak dapat melakukan tindakan yang mensejahterakan rakyat," ujarnya dalam pidatonya di negara bagian Uttarakhand utara, yang juga dikuasai BJP.

Gangguan yang terus berlanjut oleh kelompok Hindu menimbulkan kekhawatiran umat Muslim Gurugram. Saleem mengatakan, pemerintah kota harus menanggapi masalah itu dengan serius dan menghentikan kelompok Hindu menutup lebih banyak lokasi salat.

"Kami menghindari konfrontasi apapun dengan kelompok-kelompok ini. Kami telah meminta orang-orang kami tidak terlibat cekcok apapun atau konfrontasi apapun dengan mereka," jelasnya.

"Jika pemerintah menghentikan mereka sebelum tiba di lokasi salat, tidak akan ada konflik."

Bulan lalu, pemerintah Gurugram membatalkan izin delapan dari 37 lokasi salat, dengan dalih "keberatan" dari warga.

Wakil Komisioner Kepolisian Gurugram, Yash Garg mengatakan kepada Al Jazeera, tidak ada "izin tertulis" atau izin resmi untuk umat Muslim salat di 37 lokasi tersebut dan hanya disepakati antara komunitas pada 2018.

"Polisi selalu di lokasi itu. Orang-orang yang berusaha mengganggu telah ditangkap," ujarnya.

Ahmad dari Dewan Muslim Gurgaon mengatakan, Muslim bersedia berhenti salat di ruang terbuka jika pemerintah menyiapkan lahan untuk membangun masjid baru.

"Kami tidak meminta lahan gratis. Kami siap membayar. Tapi jika mereka tidak akan menyiapkan kami lahan untuk membangun masjid, kami bakal salat di mana?"

Muslim setempat mengatakan banyak properti Wakaf di Gurugram telah diambil dan mereka ingin pemerintah mengembalikannya kepada masyarakat.

Doakan persaudaraan Muslim dan Hindu


Sementara itu, masyarakat sipil Gurugram telah berusaha mencari solusi atas krisis tersebut. Bulan lalu, seorang pengusaha Hindu setempat menawarkan tempat untuk salat Jumat, sementara sejumlah gurdwara (kuil Sikh) juga dibuka untuk komunitas Muslim.

Kelompok-kelompok Muslim ingin partai politik oposisi mengangkat masalah ini dalam sidang parlemen yang sedang berlangsung.

"Kelompok sayap kanan tidak hanya mengganggu salat Jumat tapi juga melucuti (hak) umat Islam untuk salat dengan bermartabat. Ini adalah upaya yang disengaja untuk mengganggu salat dan kerukunan umat di kota kosmopolitan ini," kata Ahmad.

Pada akhir salat Jumat pekan lalu, imam Shehzad Khan berdoa untuk keharmonisan komunal antara umat Hindu dan Muslim.

"Muslim adalah warga negara India seperti halnya orang Hindu. Nenek moyang kita memberikan pengorbanan yang sangat besar untuk kebebasan negara ini," ucapnya sambil melipat tangan.

"Ya Tuhan, tolong bimbing umat Hindu dan Muslim untuk tetap bersatu dalam ikatan persaudaraan."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serangan Drone AS yang Menggagalkan Bom Bunuh Diri ISIS yang Mencoba Gunakan Dari Mobil Untuk Diledakan di Bandara Kabul

Taliban dan Amerika Serikat Mengelar Pembicaraan Pertama di Kota Doga, Qatar

Jumlah Kematian Akibat Covid-19 di Seluruh Dunia Mencapai 5 Juta Dalam Waktu Kurang 2 Tahun